Sabtu, 16 Maret 2013

Kenapa harus marah ?


Nama   :   Diah Ayu Lestari
NPM   :   11110946
Kelas   :   3KA24


Nama Dosen   :   Sri Sulistiyoningsih
Mata Kuliah   :   Bahasa Indonesia 2







Lihatlah ekspresi marah tersebut, jelek sekali bukan ?

Iya, begitulah tampaknya kita jika sedang marah, jelek.

Saya mengenal pribadi seseorang yang jika marah, ia suka mengucapkan kata-kata kasar, membanting sesuatu, terus menerus berbicara memaki seakan tak lelah memaki. Padahal menurut saya itu adalah aktivitas yang menguras tenaga, menjadikan akhlak kita buruk, menyakiti hati orang lain, dikuasai syaitan, dan sudah pasti berdosa. Semoga orang tersebut bisa sadar dan berubah menjadi lebih baik. Insya Allah.. Aamiin..

Dalam menghadapi orang seperti ini, saya lebih memilih untuk diam, mengalah, tidak peduli atau bahkan menangis. Sekalipun saya dalam posisi tidak bersalah, saya akan diam saja tidak membela diri, karena percuma saja, orang seperti ini tak akan mau menerima penjelasan dan selalu merasa benar. Apa saya kalah?  Ooh.. tentu tidak. Saya menang, karena saya dapat mengalahkan amarah saya. Bukan sifat seorang muslim, marah-marah apalagi sampai lebih dari tiga hari. Astagfirullah..

Cara saya marah adalah diam, tidak ingin berkomunikasi sejenak, lalu dalam fikiran saya menganalisa "kenapa harus marah? dia orang yang baik. dia punya kekurangan, saya juga, jadi maklumi saja.". Lalu semua kembali seperti sedia kala. Karena menurut saya, marah itu sama saja mengurangi waktu untuk berbahagia dengan orang tersebut, terlebih jika orang tersebut adalah orang-orang yang saya kasihi, saya lebih tak ingin berlama-lama merajuk. 

Kadang juga saya marah hanya untuk menunjukkan bahwa saya tak suka diperlakukan seperti itu. Hanya ingin mengedukasi orang tersebut, jika yang dilakukannya adalah buruk. Dan jika dia telah dapat mengambil pelajaran, maka saya akan menerimanya seperti sedia kala dengan tangan terbuka. Namun kata maaf bukanlah kebiasaan, jika terlalu sering terucap, siapa pun akan berkurang rasa simpatik dan kepercayaannya. 

Meminta maaflah dengan santun dan lebih dahulu, besarkanlah hati untuk menerima permintaan maaf dari orang lain, dan peganglah kepercayaan dari pemaafaan tersebut, jangan diulangi lagi.




“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, maka sesungguhnya hal demikian itu termasuk keteguhan yang kuat”. 
(QS. As Syura’:43)

“Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati tentram”. 
(QS.Ar Ra’ad:28)

“Apabila salah seorang diantara kalian marah maka hendaklah dia diam”. 
(HR. Imam Ahmad)





Terimakasih atas kesediaannya untuk membaca cerita saya.
Semoga Bermanfaat.



"Tips hidup bahagia: lambatlah marah, cepatlah memaafkan."
- Mario Teguh -



Tidak ada komentar:

Posting Komentar