Minggu, 23 Oktober 2011

Konflik Antar Perorangan - Konflik Rumah Tangga



Nama : Diah Ayu Lestari
NPM : 11110946
Kelas : 2 KA 24


Nama Dosen : Edy Nursanta
Mata Kuliah : Teori Organisasi Umum





Pendahuluan



You cannot not to be in conflict.   Demikianlah ungkapan banyak kalangan masyarakat. Konflik itu sesuatu yang tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah mengelola konflik dengan tepat sehingga tidak menimbulkan efek negatif atau dampak yang merusak. Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga.

Dalam konteks yang luas, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234). Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.

Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Yang menjadi persoalan bukanlah bagaimana menghindari konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan kelompok. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam kehidupan keluarga, sosial dan organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun  kelompok.



Teori



Teori-teori mengenai berbagai penyebab konflik


Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. 
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah  :
  • Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik.
  • Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.


Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. 
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah  :
  • Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.
  • Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.


Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia – fisik, mental, dan sosial – yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. 
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah  :
  • Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
  • Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.


Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. 
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah  :
  • Melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
  • Meraih kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.


Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. 
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah  :
  • Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain.
  • Mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain.
  • Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.


Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. 
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah  :
  • Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi.
  • Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak-pihak yang mengalami konflik.
  • Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan , perdamaian, pengampunan , rekonsiliasi dan pengakuan.




Pembahasan
Konflik Rumah Tangga


Menurut Retnoningsih dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005:267) konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam “bingkai” rumah tangga banyak sekali faktor yang memicu munculnya konflik diantaranya perbedaan pada umumnya pemicu utama konflik adalah adanya harapan. Saat seseorang pendapat, pola pikir, harapan/ keinginan, pola asuh, dan lain sebagainya. Namun, memutuskan untuk menjalin pernikahan  dengan orang lain, sebenarnya dia mempunyai harapan- harapan yang akan  ia bebankan pada pasangannya untuk mewujudkan harapan tersebut. Tetapi,  ketika kehidupan rumah tangga telah berlangsung dan pasangan tidak dapat memenuhi harapan tersebut maka saat itulah konflik akan muncul.  
Ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya konflik dalam kehidupan rumah tangga, di antaranya adalah  :
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pemikiran, perasaan, kecenderungan, dan peran antara suami dan isteri
Sejak awal, pernikahan adalah mempertemukan dua pribadi, dua jiwa, dua pemikiran, dua perasaan, dua kecenderungan yang tidak sama. Ini sudah menjadi benih konflik, kalau masing-masing tidak mencoba memahami pasangannya.
2. Perbedaan pengalaman hidup dan latar belakang kultur sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda antara suami dan isteri
Saat pernikahan, bertemulah dua pribadi dengan latar belakang keluarga yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, pengalaman yang berbeda. Mendefinisikan kata “sederhana” dan “apa adanya” akan berbeda, karena latar belakang yang memang tidak sama.
3. Perbedaan kepentingan antara suami dan isteri
Suami dan isteri bisa memiliki kepentingan yang tidak sama. Misalnya kepentingan pengembangan potensi isteri, pengembangan karir suami, dan lain sebagainya, dihadapkan kepada berbagai keterbatasan yang dimiliki.
4. Perubahan-perubahan  dalam keluarga dan masyarakat
Keluarga adalah “organisme hidup”, dimana masing-masing pihak berkembang dan dinamis. Ada banyak perubahan setiap hari, yang karena kesibukan dan keterjebakan kepada rutinitas, perubahan tersebut tidak dimengerti.

Dampak Konflik Keluarga pada Anak-anak



Dampak Negatif

Setiap konflik dalam keluarga (pertengkaran orang tua), pasti mempengaruhi pola pikir dan kelakuan anak. Apa lagi jika konflik tersebut diperlihatkan di depan anak. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi psikis anak dalam konflik rumah tangga. Seperti besarnya konflik, usia anak dan jenis kelamin anak (anak perempuan biasa lebih sensitif ketimbang anak laki-laki).

Apabila konflik yang terjadi masih kecil, orang tua pasti mampu menutupinya. Dan, anak tidak akan mengetahui masalah itu karena orangtua tidak memperlihatkan konflik di depan anak. Kecuali jika konflik sudah membesar dan orang tua tidak dapat menutupinya dari anak, akan sangat berpengaruh pada mental anak.

Konflik berkepanjangan yang terjadi pada keluarga akan membawa dampak psikologis anak saat mereka remaja. Ketika anak masih balita, mereka belum merasakan apa-apa. Namun memori otaknya akan tetap merekam setiap peristiwa yang mereka alami, meski hanya seperti mimpi. Bayang-bayang ini akan semakin jelas terpateri dalam pikiran mereka ketika beranjak remaja. Karena pada saat itu, mereka mulai mengerti realita kehidupan.

Tekanan psikis tersebut akan berujung pada depresi dan trauma bagi anak. Depresi biasanya berkelanjutan. Anak yang mengalami depresi, selalu menganggap dirinya tidak berguna atau merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka kemudian mengaitkan kekurangan diri, baik dalam bentuk materi maupun fisik dengan setiap kejadian di lingkungannya. Bahkan ada anak yang menggunakan obat-obat terlarang atau merasa ingin bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya.

Sementara trauma, lebih condong pada ketakutan terhadap diri sendiri dan lingkungan. Misalnya, seorang anak yang takut akan kekerasan, akan merasa ketakutan saat mendengar suara keras. Ia juga merasa ketakutan saat melihat kerumunan orang banyak.

Untuk membantu anak-anak yang mengalami depresi dan trauma karena konflik orang tua, sebaiknya melibatkan pihak ketiga. Dorongan bisa diberikan oleh orang dewasa di lingkungan keluarga besar, pembantu atau guru. Hal ini dilakukan kalau orang tuanya sudah tidak sanggup lagi memotivasi anaknya untuk bisa sembuh dari trauma dan depresi. Orang-orang ini dianggap pantas memberikan motivasi karena lebih mengetahui keseharian anak dibandingkan yang lain. Selain itu, usia mereka yang dewasa, diharapkan mampu menilai konflik dengan kepala dingin.

Segala tindakan orang tua dalam menghadapi konflik akan membuat anak meniru apa yang mereka lakukan. Seperti caci maki, tindak kekerasan dan pengusiran. Anak-anak akan melakukan hal yang sama karena mereka melihat itu dari orang tuanya. Namun jika mereka tidak berhasil, mereka akan memadukan cara yang ditempuh orang tuanya dengan cara yang mereka anggap dapat diterima akal dan pikirannya.

Jika orang tua akhirnya harus bercerai, sebaiknya anak diberi kebebasan untuk memilih sendiri, mereka mau ikut siapa. Karena anak mampu memilih mana yang terbaik. Terbaik disini bukan baik dari segi materi atau konsep yang diberikan dalam menjalankan fungsi orang tua, melainkan rasa aman dan nyaman.

Pengadilan Agama diharapkan juga mampu memutuskan yang terbaik untuk anak, bukan atas desakan orang tua saat persidangan. Kepada orang tua yang dipilih oleh anak atau pengadilan untuk mengasuh anak-anaknya, sebaiknya jangan mengekang mereka dengan pengaturan waktu kunjungan pasangan yang terlalu ketat. Karena anak akan merasa senang jika orang tua berada di sisinya, meski sudah bercerai.


Dampak Positif


Marah sebenarnya tidak selalu bermakna buruk. Begitu pula konflik, tidak selalu diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Dalam hidup berumahtangga tak selamanya berjalan mulus. Pertengkaran adakalanya menghiasi perjalanan  sebuah perkawinan. Anggaplah itu sebagai bunga – bunga yang mewarnai perjalanan hidup berumahtangga.

Lalu apakah anak tidak boleh tahu bahwa orang tuanya bertengkar?

Ada banyak alasan  yang dikemukakan para ahli psikologi dan pendamping keluarga tentang  beberapa keberatan yang diajukan bila orangtua bertengkar di depan anak – anak, antara lain adalah dampak traumatis dalam diri si anak ketika menyaksikan orangtuanya bertengkar atau berselisih paham.

Anak menjadi terganggu perkembangan psikologisnya. Merasa cemas, ketakutan, kuatir dan tidak nyaman berada di rumah.

Namun ada pula sebagian  pendapat yang mengatakan bahwa tidak masalah anak tahu orangtua bertengkar sejauh itu tidak terjadi kekerasan, saling menyakiti dan tidak melontarkan kata – kata yang kasar kepada pasangan.

Bertengkar dengan pasangan Anda di depan anak-anak memang menjadi hal yang tabu. Tetapi itu menurut orang tua zaman dulu. Di zaman modern ini, bertengkar di depan anak-anak Anda bukan lagi menjadi hal yang tabu. Bahkan dengan bertengkar di depan anak-anak Anda, dapat memberikan pelajaran bagi mereka untuk mengatasi masalah mereka dengan pasangan mereka nantinya.

Itulah hasil dari sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam the Journal of Child Psychiarty and Psychology. Para ahli mengungkapkan, memasuki abad 21 ini, psikologi anak-anak tidak sama dengan psikologi Anda sewaktu masih menjadi anak-anak. Anak-anak zaman sekarang tidak akan terganggu psikologinya saat melihat orangtua mereka bertengkar di depan mereka.

Lalu apakah ini artinya Anda boleh bertengkar dengan pasangan Anda di depan anak-anak kapan pun Anda mau? Tunggu dulu! Para ahli memang memberikan lampu hijau bagi Anda untuk bertengkar di depan anak-anak. Tetapi bukan pertengkaran di mana nada suara Anda meninggi, dan mulai mengucapkan kata-kata yang tidak sopan seperti makian dan cacian.

Bertengkar di depan anak-anak Anda diperbolehkan, asal pertengkaran itu berupa pertengkaran antara dua orang dewasa. Dalam artian, Anda mencoba menyelesaikan masalah Anda dan pasangan dengan kepala dingin, berbicara tanpa harus ada kata-kata makian dan nada suara yang meninggi. Dengan begitu anak-anak Anda dipercaya akan belajar dari cara orangtuanya menyelesaikan masalahnya.

Baik untuk anak, menjadikan mereka bagian dalam konflik yang ada dalam perkawinan Anda. Namun hindari mendiskusikan masalah keuangan atau masalah percintaan Anda di depan anak-anak yang masih kecil. Jika anak sudah menginjak usia remaja, mungkin Anda bisa mengajaknya ikut dalam berdiskusi agar anak pun ikut merasa menjadi bagian dalam keluarga.




"Jadikan proses belajar  mengatasi konflik menjadi pengalaman yang positif bagi anak - anak."






Sumber  :






Minggu, 09 Oktober 2011

Organisasi Nirlaba - Yayasan Kanker Indonesia



Nama : Diah Ayu Lestari
NPM : 11110946
Kelas : 2 KA 24



Nama Dosen : Edy Nursanta

Mata Kuliah : Teori Organisasi Umum








Pendahuluan



Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode,lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.



Nirlaba adalah istilah yang biasa digunakan sebagai sesuatu yang bertujuan sosial, kemasyarakatan atau lingkungan yang tidak semata-mata untuk mencari keuntungan materi (uang).



Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). 



Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.



Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.





Ciri-ciri Organisasi Nirlaba  :


  • Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang, yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi, yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
  • Menghasilkan barang dan/ atau jasa, tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
  • Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.

Jenis-jenis Dana  :

Jenis dana yang ada pada organisasi nirlaba sangat tergantung kepada jenis dan karakteristik dari organisasi nirlaba tersebut. Namun, jika dilihat dari ada atau tidaknya pembatasan dari penyumbang, jenis dana dapat dibagi menjadi  :
  • Terikat secara permanen
Terikat secara permanen misalnya, tanah atau lukisan yang disumbangkan dengan tujuan untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau dana yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen (endowment fund).
  • Terikat temporer
Dana yang terikat temporer misalnya dana yang disumbangkan untuk investasi yang hasilnya dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu. 
  • Tidak terikat
Dana yang tidak terikat umumnya meliputi dana-dana yang disumbangkan tanpa syarat tertentu.




Teori


Menurut The Stevens Groups at Larson Allen, St. Paul, MN, ada tujuh karakteristik keuangan yang sehat dari suatu organisasi nirlaba, yaitu:
  • Organisasi nirlaba yang keuangannya sehat memiliki pendapatan yang cukup untuk menjamin kestabilan program kerjanya.
  • Memiliki sumber dana tunai internal atau akses untuk mencairkan dana cepat dalam jangka pendek.
  • Menggunakan anggaran dasar penerimaan dibandingkan anggaran dasar pengeluaran. Anggaran dasar penerimaan artinya (1) Dimulai dengan memperkirakan pendapatan yang realistik, baru kemudian (2) Menentukan biaya nyata dari pemberian jasa tahun berikutnya, dengan menyiapkan: analisis biaya tahun sebelumnya; yang mempertimbangkan kondisi pasar terbaru; serta  mengalokasikan dana secara fungsional.
  • Menyimpan saldo dana yang positif di akhir tahun.
  • Ketika kerugian terjadi, organisasi nirlaba yang keuangannya sehat akan mampu mengakumulasikan keuntungan yang cukup untuk menutupi kerugian yang terjadi pada tahun tersebut.
  • Menetapkan (atau berencana menetapkan) kegiatan cadangan untuk pengembangan keuangan dan dana jangka pendek.
  • Dewan pengurus dan manajemen dari organisasi memegang tanggung jawab sendiri bagi stabilitas keuangan organisasinya.

Bagi Pusat Krisis, ada 4 hal utama yang selalu dilakukan agar dapat mencapai sistem keuangan yang sehat, yaitu  :
Pembukuan  : Melakukan pencatatan untuk setiap transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran, sehingga dana tunai yang dimiliki tetap terpantau.
Internal Control  : Melakukan kontrol internal terhadap dana yang dimiliki, sehingga meminimalisasi risiko terjadinya penyalahgunaan dana, seperti selalu menempatkan dana tunai ditempat yang aman, memastikan semua pengeluaran sudah disetujui oleh atasan, selalu berpatokan pada budget yang ada, memonitor seberapa banyak pengeluaran yang dilakukan setiap bulan, memiliki staf keuangan yang memenuhi kualifikasi, melakukan audit keuangan secara menyeluruh setiap tahun dan selalu melakukan rekonsiliasi bank setiap bulan, agar meminimalisasi risiko terjadinya selisih keuangan.
Budgeting  : Membuat budget pada setiap awal periode kerja dan melakukan pembaharuan setiap bulan untuk memantau seberapa besar budget yang telat terpakai untuk pengeluaran operasional.
Financial Reporting  : Membuat laporan keuangan setiap bulan, per enam bulan dan per tahun, yang diserahkan kepada Ketua selaku Manajemen Pusat Krisis serta Dekan Fakultas selaku Dewan Pengurus Pusat Krisis sebagai bahan laporan yang dapat dipertanggungjawabkan.


Pembahasan





Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker.

Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif.

Menyadari bahwa penanggulangan kanker hanya mungkin berhasil bila dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melaksanakan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun luar negeri. YKI memiliki cabang di seluruh Indonesia.

YKI menjalankan berbagai program penanggulangan kanker dengan memprioritaskan pelaksanaan program pada 10 kanker utama berikut:

  • Kanker Leher Rahim
  • Kanker Payudara
  • Kanker Hati
  • Kanker Paru
  • Kanker Kulit
  • Kanker Nasofaring
  • Kanker Kolorektal
  • Leukemia
  • Trofoblas Ganas
  • Limfoma Malignum


Sejarah didirikannya YKI  

Masalah utama dalam penanggulangan kanker adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker dan kesadaran masyarakat untuk melakukan perilaku hidup sehat untuk mengurangi risiko kanker serta melakukan deteksi dini kanker. Akibatnya sebagian besar kanker ditemukan pada stadium lanjut dan sulit ditanggulangi, sehingga memberikan beban yang besar bagi pasien kanker dan keluarganya.
Berdasarkan kepedulian dan keprihatinan terhadap semakin banyaknya penderita kanker, rendahnya pengetahuan masyarakat akan penyakit ini serta tingginya angka kematian penderita akibat datang berobat pada stadium lanjut, 17 tokoh masyarakat dan pemerhati kesehatan terpanggil untuk mendirikan Yayasan Lembaga Kanker Indonesia (YLKI) pada tanggal 17 April 1977. Pendiri YLKI tersebut antara lain:
  • DR. Mohammad Hatta
  • Let. Jend. Ali Sadikin
  • Prof. DR. G.A. Siwabessy
  • Prof. Dr. Soedarto Pringgoutomo
  • R. Satoto Hoepoedio
  • Prof. Dr. Asmino
  • DR. Arifin M. Siregar.
Pada tahun 1987 YLKI diubah menjadi Yayasan Kanker Indonesia (YKI). YKI telah tercatat dalam daftar yayasan di Depertemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Akte Notaris Ati Mulyati SH., MKn. tanggal 3 Juni 2008. Logo dan nama Yayasan Kanker Indonesia pun telah dipatenkan.
Ketua Umum pertama adalah Prof. Dr. Soedarto Pringgoutomo Sp.PA (1977-1978), kemudian dilanjutkan oleh Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah (1978-2006).
Proses pendirian Yayaan Lembaga Kanker Indonesia : R. Satoto Hoepoedio dan Istri meminta kesediaan Dr. Moh. Hatta sebagai pendiri






Visi : Masyarakat PEDULI Kanker


  • Memberikan PErhatian bahwa kanker bukan hanya masalah individu atau keluarga mereka yang terkena kanker.
  • Memberikan DUkungan baik moral maupun material sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita.
  • Memberikan LIndungan agar mereka yang terkena kanker merasa terayomi sehingga timbul semangat diri untuk mencari solusi terbaik dalam upaya pengobatan maupun peningkatan kualitas hidup pasien kanker.

Misi : Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penanggulangan kanker melalui penyediaan layanan promotif, preventif & suportif.



YKI mengupayakan penanggulangan kanker dengan mengadakan berbagai kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif serta menekankan akan pentingnya deteksi kanker secara dini.

Moto YKI adalah  :

“Kanker dapat disembuhkan jika ditemukan dalam stadium dini”





Kegiatan Bidang Organisasi  

Tugas dan fungsi bidang organisasi adalah mengembangkan organisasi internal baik di Pusat maupun di Cabang, dan meningkatkan hubungan eksternal dengan mitra yang bergerak di bidang sejenis baik di dalam dan di luar negeri.
Kerjasama di dalam negeri:
  • dengan beberapa Fakultas Kedokteran, seperti FKUI
  • dengan perkumpulan profesi, seperti Perhimpunan Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Perkumpulan Onkologi Indonesia (POI)
  • dengan Rumah Sakit Pemerintah, seperti: Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo
  • dengan Kementerian dan Lembaga Nasional Pemerintah, seperti: Kementerian Kesehatan, BKKBN
  • dengan perusahaan-perusahaan farmasi
  • dan beberapa mitra lainnya.
YKI juga merupakan anggota Komisi Nasional Pengendalian Tembakau.
Kerjasama dengan mitra organisasi di luar negeri antara lain:
  • menjadi anggota UICC (Union Internationale Contre le Cancer / Union for International Cancer Control) yang berkedudukan di Geneve, Suisse
  • anggota APFOCC (Asia Pacific Federation of Organizations for Cancer Research and Control)
  • anggota IOA (International Ostomy Association).



Kegiatan Bidang Pelayanan Sosial


Bidang ini memberi pelayanan kepada masyarakat, dimulai dari program deteksi dini, program santunan 

sitostatika dengan kriteria tertentu, bantuan biaya iur bayar radiasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan 

operasi bagi pasien kanker kurang mampu, serta menyalurkan obat sitostatika dengan harga dasar. Selain itu YKI menyelenggarakan program suportif bagi pasien kanker payudara dan serviks, pasien dengan stoma dan pasien pada stadium terminal.



Fasilitas Deteksi Dini :

Klinik Yayasan Kanker Indonesia.

Jl. Lebak Bulus Tengah no. 9, Cilandak, Jakarta Selatan

  • Konsultasi dokter umum & spesialis
  • Pap Smear
  • Laboratorium sitologi
  • Rontgen umum
  • Mammografi
  • USG Payudara, Tiroid, Abdomen, Prostat
  • Kolposkopi
  • Biopsi Jarum Halus
  • Pelayanan Informasi
  • Konsultasi berhenti merokok



Fasilitas Suportif  :


Tahun 1982 diresmikan Sasana Marsudi Husada (SMH) bagi pasien dari luar Jakarta yang perlu menjalani rawat jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, jika fasilitas pengobatan itu tidak terdapat di daerah tempat tinggal mereka.

SMH terdapat pula di Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang dan Banjarmasin.
Pelayanan suportif lain  :
  • Hospice Home Care, yaitu pelayanan kunjungan ke rumah untuk pasien kanker yang sudah terminal
  • Reach to Recovery, yaitu pelayanan untuk membantu pasien kanker payudara yang memerlukan dukungan medis, psikologis, moril, emosional, dan informasi
  •  Indonesian Ostomy Association (InOA) adalah suatu wadah bagi para penyandang stoma (ostomate). Kegiatan InOA antara lain mendistribusikan kantong stoma bantuan dari luar negeri dan memberi pelayanan luka dan stoma
  • Perempuan Peduli Kanker Serviks (PPKS) yaitu pelayanan untuk membantu pasien kanker serviks yang memerlukan dukungan medis, psikologis, moril, emosional, dan informasi
  • YKI menyalurkan obat sitostastika (obat anti-kanker) hanya dengan resep dokter ahli kanker (onkolog).





Kegiatan Bidang Penelitian & Registrasi

YKI melalui bantuan sponsor telah membiayai penelitian-penelitian beberapa jenis kanker Prioritas YKI, antara lain kanker payudara, serviks, kolorektal, hati, kulit dan lain-lain.

Dalam kegiatan registrasi kanker, YKI bekerja sama dengan Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia mengembangkan registrasi kanker berbasis data patologi anatomi yang didapat dari 13 RS di Indonesia yang memiliki unit kanker. Hasil kegiatan Registrasi sudah diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul “Kanker di Indonesia Tahun 2006: Data Histopatologik”

YKI juga bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dalam perencanaan registrasi kanker berbasis data rumah sakit.

Prestasi yang diperoleh YKI dalam bidang penelitian antara lain adalah penghargaan dari Asia Clinical Oncology Society (ACOS) tahun 1999 untuk penelitian kanker payudara di Yogyakarta. Penelitian ini disponsori oleh Terry Fox Foundation.


Kegiatan Bidang Umum


Bidang Umum mendukung kelancaran seluruh kegiatan program kerja YKI. Tugas pokok Bidang Umum adalah:

  • Penyediaan logistik berupa pengadaan barang dan jasa (aset, peralatan medis & non-medis, obat-obatan, kerjasama dengan pihak ketiga)
  • Pemeliharaan aset YKI
  • Penggalangan dana.

Dana yang diperoleh YKI berasal dari donatur tetap dan donatur tidak tetap serta melibatkan masyarakat luas secara terus menerus. Bentuk penggalangan dana:

1. Rutin: dengan kartu donasi atau acara rutin tahunan seperti ”Terry Fox Run” dan ”Jakarta Race” kerja sama dengan Hotel “Four Seasons”

2. Insidentil: Pagelaran seni dan budaya baik dari dalam maupun luar negeri

3. Khusus, seperti:

  • Bantuan pengobatan pasien kanker yang tidak mampu dengan kriteria dan plafon tertentu
  • Dana untuk bantuan mencetak buku-buku dan brosur penanggulangan kanker
  • Dana untuk bantuan biaya seminar, pendidikan, penyuluhan
  • Donasi obat-obatan sitostatika
  • Dan lain-lain.

Semua dana bantuan dan keuangan YKI diaudit oleh akuntan publik.






Sumber :