Menangis adalah ungkapan paling jujur tentang suara batin manusia, yang melambangkan kepasrahan total seorang hamba pada Rabbnya.
Menurut Abdullah Yusuf Ali — penulis The Holy Qur'an, menangis adalah ungkapan dari perasaan yang benar-benar khusyuk yang mudah tersentuh oleh kebenaran halus dan agung yang datang menyelinap ke dalam kalbu.
Maka berbahagialah orang yang mudah menangis, karena ia dapat mengecap rahmat Allah SWT., yakni saat-saat di mana ia punya kesempatan untuk mengasah batinnya, memompakan semangat keimanannya yang kendur, mencerahkan hatinya yang tercemar, dan melongok kembali posisi kehambaan dirinya yang teramat lemah di hadapan kekuasaan Allah SWT.
Menangis dapat
Meningkatkan Kesehatan.
Menangis adalah
ekspresi dari emosi yang dipercaya dapat meningkatkan kesehatan. Hal ini dipicu
karena air mata yang keluar saat menangis mengandung zat mangan dan hormon prolaktin yang cenderung meningkat ketika
seseorang dilanda frustrasi/depresi. Keluarnya kedua zat tersebut dari tubuh
secara otomatis menurunkan depresi yang tengah diderita.
Ada tiga jenis
air mata :
- Pertama : Air mata basal yang diproduksi untuk melubrikasi mata secara teratur.
- Kedua : Air mata yang keluar secara refleks karena dipicu oleh iritasi yang dapat terjadi oleh pengaruh bawang atau lainnya.
- Ketiga : Air mata yang keluar karena pengaruh emosi.
Jenis air mata
terakhir inilah yang memiliki zat mangan
dan hormon prolaktin tertinggi. Jadi, ketika seseorang menangis karena
emosi yang melanda dirinya, keluarnya air mata tersebut secara naluriah
mengurangi perasaan depresi yang ada hingga tubuh mencapai kondisi stabil.
Itulah sebabnya Rasulullah SAW. menyuruh kita agar menangis, bila tidak dapat, teruslah berupaya agar bisa menangis.
Sahabat, bagi kita yang susah menangis, menangislah!
Namun mengangis di sini haruslah karena menyesali dosa yang pernah kita perbuat dan menangisi kehidupan diri kita yang selalu terhempas dari keshalehan.
Banyak jatuh cinta tanpa tempat yang benar menangislah. Marah-marah tanpa sebab menagislah. Sebagai suami tidak bisa jadi contoh istri, menangislah. Suami tidak bisa membimbing istri, menangislah. Bapak tidak bisa jadi contoh bagi anak-anak, menangislah. Ibu yang terlalu banyak bicara tanpa produktivitas dan menyebabkan anak tidak produktif, menangislah. Atasan, bawahan, murid, guru, tidak saling menghormati dan menyayangi, menangislah. Haji berkali-kali tidak nambah keimanan, menangislah. Mari kita belajar menangis, yaitu menangis yang produktif. Sehingga menangisnya penuh keindahan bagi diri dan orang lain.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar