Selasa, 15 Februari 2011

BAB 2 - Manusia & Cinta

Nama Dosen   :   Ninuk Sekarsari
Mata Kuliah   :   Ilmu Budaya Dasar

Nama     :    Diah Ayu Lestari
NPM       :    11110946
Kelas     :    1 KA 33


Belas Kasih 




Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.


Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
  1. Perasaan
  2. Pengenalan
  3. Tanggung jawab
  4. Perhatian
  5. Saling menghormati
Erich Fromm dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggungjawab pada si anak. Sementara tanggungjawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan dll pada sikap otoriter.

  • Cinta dalam Islam
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.”   
(Q.S. Al-Hujuraat [49]:13)

Ajaran Islam tentang kasih sayang telah lama di kumandangkan dengan sempurna dan indah. Namun, kebanyakan dari manusia tidak menyadari apa arti sesungguhnya dari kasih sayang itu sendiri, sehingga dapat terhenti dan menyimpang dari aturan-aturan yang telah di firmankan oleh Allah SWT dan hadist-hadist Rasulullah SAW.

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah”  
Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Turmudzi)

Dalam hadis tersebut kasih sayang seorang Muslim tidaklah terhadap saudara se-Muslim saja, tapi untuk semua umat manusia. 

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi.” 

Kemudian para sahabat bertanya,  "Wahai Rasulullah, semua kami pengasih” 

Berkata Rasulullah, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).”  
(H.R. Ath-Thabrani)

Bahkan, bukan hanya kepada manusia saja ajaran Islam yang tinggi ini telah mengajarkan bagaimana kasih sayang terhadap hewan dan tumbuhan yang harus direalisasikan. Abu Bakar Shiddiq r.a. pernah berpesan kepada pasukan Usamah bin Zaid, “Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula kalian kebiri pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah mereka, jangan kalian ganggu.” Sebuah nasihat ini walau dalam keadaan untuk perang, ajaran Islam tetap memancarkan kasih sayangnya terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan. 

Sebuah kisah lain yang menarik ketika Amr bin Ash menaklukkan kota Mesir, saat itu datanglah seekor burung merpati di atas kemahnya. Melihat kejadian ini, kemudian Amr bin Ash membuat sangkar untuk merpati tersebut di atas kemahnya. Tatkala ia mau meninggalkan perkemahannya, burung dan sangkar tersebut masih ada. Ia pun tidak mau mengganggunya dan dibiarkan burung merpati itu hidup bersama sangkar yang ia buat. Maka kota itu dijuluki sebagai kota fasthath (kemah).

Jelaslah bahwa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi akan kasih sayang. Kita perlu mencontoh teladan  para Nabi SAW. dan para sahabatnya yang benar-benar merealisasikan makna kasih sayang yang tanpa batas itu, tentunya untuk mencapai keridaan Allah semata yang bukan untuk mencari kesenangan dunia. 

Maka memang pantas bahwa Islam dikatakan sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin. Sifat kasih sayang adalah termasuk akhlak yang mulia yang dicintai Allah. Sebaliknya Allah sangat membenci akhlak yang rendah. Di antaranya kepada orang-orang yang tidak memiliki rasa belas kasih sayang. Ditegaskan hadist Rasulullah SAW. "Laa tunza’ur rahmatu illaa min syaqiyyin." 
Rasa kasih sayang tidaklah dicabut melainkan hanya dari orang-orang yang celaka.
(H.R. Ibn. Hibban)

Yang dimaksud dengan orang celaka adalah orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang di dalam hatinya baik untuk dirinya maupun orang lain. Di sinilah perlunya kita bermuhasabah, bertafakur, apakah diri ini sudah benar menjalani hidup. Bagaimana kita mengasihi dan menyayangi ciptaan Allah sebagai akhlak yang mulia. “Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah, Dia mencintai sifat pemurah, dan Dia mencintai akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah.” 
(H.R. Na’im melalui Ibnu Abbas r.a.)



Studi Kasus




Senin, 14 Februari 2011 11:17

Jakarta -Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengharamkan perayaan Valentine bagi pemeluk agama Islam

"Kalau dilaksanakan oleh orang Islam dalam pengertian Valentine itu ritual dari agama tertentu, itu haram hukumnya," kata Ketua MUI, Amidhan, saat dihubungi melalui telepon selulernya, Jum'at (11/2).

Amidhan mengatakan, semangat saling menghormati dan silaturahmi dari perayaan yang jatuh setiap tanggal 14 Februari itu sebenarnya bagus untuk dicontoh. Namun demikian, jika ingin sekadar berkumpul berbagi kasih dan saling menghadiahi kepada anggota keluarga atau orang terdekat, umat Islam tidak harus terbebani menunggu pada hari Valentine.

Ia menganjurkan kepada para pemeluk agama Islam, khususnya para pemuda-pemudi, untuk selalu mawas diri. Terutama mendekati perayaan hari Valentine yang tinggal tiga hari lagi, Amidhan mengingatkan jangan sampai mereka terjerumus melakukan hal-hal negatif, seperti minum alkohol dan hal-hal yang lebih buruk dari itu.
"Jangan pula melakukan perbuatan yang melanggar etika agama dan negara," kata Amidhan.
(Tempo Interaktif)



Opini

Menurut saya, apa yang dikhawatirkan MUI itu wajar adanya. 
Karena pergaulan di Indonesia kini sudah sedikit banyak terpengaruh arus globalisasi, ke arah budaya barat, yang kurang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa timur.
Tidak dilarang, maka kaum remaja akan semakin tersesat, mereka harus selalu diingatkan. Menurut saya, ini merupakan salah satu wujud rasa kasih sayang kita terhadap remaja sekarang ini, yaitu dengan selalu mengingatkan mereka & menasehati mereka.
Toleransi beragama tentu, sangat, sangat harus dijunjung tinggi. Namun, tidak harus kita mengikuti kebiasaan mereka, apalagi jika kurang sesuai dengan ajaran agama kita pribadi.
Nyatanya larangan MUI hanya pada batas, tidak boleh ikut-ikutan ritual dari agama tertentu, itu haram hukumnya. Itu pun bukan hal yang salah & merugikan, karena hanya pemeluk agama Islam saja yang dilarang, karena dalam Islam kasih sayang tidak mengenal batas waktu.

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW. “Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri.”
(H.R. Bukhari) 

Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. 
Sebagaimana hadist Rasulullah SAW. “Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari” 
(HR. Muslim)

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW. “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin). "
(HR. Muslim)

Begitu indahnya kasih sayang dalam Islam, yang dipupuk setiap hari, kepada sesama manusia & semua mahluk Allah SWT.
Jadi, kurang sesuai kalau kita, sebagai umat muslim, ikut-ikutan tradisi agama lain.
Lebih mulia & benar adanya jika umat muslim, berbahagia, bersuka cita, memperingati hari lahir junjungan besar kita Rasulullah SAW. pada tanggal 12 Rabiul Awal 1432 Hijriyah (15 Februari 2011).
Tidak benar adanya jika remaja muslim, bersuka cita, berpesta merayakan hari istimewa agama lain, tetapi, lupa, bahkan tidak mau memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Disitulah positifnya larangan MUI tersebut, tanpa bermaksud melarang kebebasan agama lain merayakan hari istimewanya. Di Indonesia, masyarakatnya sudah sangat baik, saling menghargai, menghormati & bertoleransi. Buktinya, perayaan imlek pun dihargai oleh semua lapisan masyarakat.

Saya berharap tak ada lagi keributan masalah perbedaan agama, di tanah air kita tercinta & juga di seluruh dunia. Semua akan saling hidup rukun jika kita semua mau saling bersangka baik & berbuat baik.






Sumber :
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=402:mui-haramkan-perayaan-valentine-&catid=1:berita-singkat&Itemid=92
http://yuliarso.multiply.com/journal/item/569
http://salam-online.web.id/2007/02/25/kasih-sayang-dalam-islam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar